Kearifan Lokal Petani Jawa: Mengamati Rasi Bintang untuk Menentukan Waktu Tanam Padi
Memo Bekasi – Peneliti dari Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Antonia Rahayu Rosaria Wibowo, mengungkapkan bahwa para petani di Jawa pada masa lalu memiliki cara unik untuk menentukan waktu menanam padi dengan mengamati rasi bintang. Menurutnya, masyarakat Jawa kuno menggunakan rasi bintang Orion, yang dalam bahasa lokal dikenal sebagai Waluku, yang berarti “bajak.” Rasi bintang ini menjadi pertanda bahwa musim hujan telah tiba, menandai saat yang tepat untuk memulai proses penanaman padi.
“Rasi bintang Orion terdiri dari bintang-bintang yang berjajar dan membentuk pola menyerupai bajak. Ketika mereka melihat Orion atau Waluku muncul di langit timur saat matahari terbenam, ini adalah tanda bahwa musim hujan telah dimulai,” jelas Antonia dalam diskusi daring yang diadakan pada Jumat lalu di Jakarta.
Setelah melihat rasi bintang tersebut, para petani akan menggenggam pasir atau gabah di tangan mereka. Tangan yang memegang pasir atau gabah kemudian diangkat ke arah rasi bintang dan dimiringkan. “Jika gabah atau pasir yang mereka pegang jatuh, itu artinya mereka sudah bisa memulai penanaman,” imbuhnya.
Selain mengamati rasi bintang, masyarakat Jawa juga memiliki sistem kalender tradisional yang dikenal sebagai Pranoto Mongso. Kalender ini terdiri dari 12 bulan, di mana bulan pertama, Kasa, dimulai pada pertengahan Juni saat titik balik matahari. “Setiap musim memiliki jumlah hari yang berbeda, dan setiap musim pula memiliki ciri-ciri yang dapat diamati dari perilaku hewan, perkembangan tumbuhan, serta kondisi alam sekitar,” ungkapnya.
Antonia memberikan contoh mengenai bulan kelima, yaitu Kalima, yang berlangsung dari pertengahan Oktober hingga awal November. Periode ini adalah waktu ketika para petani mulai menanam padi. “Pedomannya adalah ‘pancuran emas sumawur ing jagad,’ atau pancuran emas yang menyinari dunia. Tanda alam yang diamati mencakup hujan besar, pohon asam Jawa mulai mengeluarkan daun muda, ulat mulai bermunculan, serta laron yang keluar dari liang, dan lempuyang serta temu kunci yang mulai bertunas,” paparnya.
Ketika tanda-tanda alam tersebut mulai terlihat, para petani bersiap untuk menyiapkan saluran air ke lahan mereka dan memulai proses penanaman padi. “Sawah sudah siap ditanami karena hujan sudah dekat,” tambah Antonia.
Melalui penjelasan ini, kita dapat melihat betapa kearifan lokal dan pengamatan terhadap alam memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat petani Jawa, tidak hanya dalam menentukan waktu tanam tetapi juga dalam memahami dan melestarikan tradisi yang telah ada selama berabad-abad.